tag:blogger.com,1999:blog-58864500031992104772024-03-13T19:22:07.715-07:00anugrah daboAnuGraH For u Midhttp://www.blogger.com/profile/08953592506556228858noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-5886450003199210477.post-5495807314612783152012-05-30T10:39:00.003-07:002012-05-30T10:39:25.702-07:00peran HMI<h3 class="post-title entry-title" style="color: red;">
<a href="http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/01/peran-himpunan-mahasiswa-islam-hmi.html">Peran
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Dalam menghancurkan Paham Komunisme dan
menegakkan Orde Baru di Indonesia (1965-1969), </a></h3>
Hampir semua peristiwa besar sejarah diinspirasi dan digerakkan oleh
kelompok muda (belia). Seakan tidak ada peristiwa sejarah yang tidak
memuat nama dan peran Angkatan Muda. Begitu kenyataan sejarah dimerata
dunia, dan begitu juga yang terjadi di Indonesia. Kalau Sejarah
Indonesia itu disusun berdasarkan klasifikasi Angkatan yang
menggerakkannnya, yang hampir seluruhnya digerakkan oleh belia, maka
susunannya akan berurut sebagai berikut :<br /><span class="fullpost"><br />A. Pendahuluan<br />Angkatan
1928, yang terdiri dari para pemuda Jong Java, Jong Sumateranen Bond,
Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Bataks, dan Paguyuban Pasundan,
mencetuskan Sumpah Pemuda, yang merupakan tonggak pertama sejarah
Indonesia modern.<br />Angkatan 1945 yang memerdekakan Indonesia, berjuang
melawan penjajahan Belanda, Jepang dan kembalinya Belanda ke Indonesia
setelah kekalahan Jepang. Memunculkan nama-nama Sukarno, Hatta, Syahrir,
Yamin, dan lain-lain. <br />Angkatan 66 yang terdiri atas pejuang-pejuang
muda – baik dari organisasi mahasiswa, pelajar dan pemuda atau dari
kampus – yang tergabung dalam berbagai organisasi Seperti KAMI (Kesatun
Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia), KASI (kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KAWI (Kesatruan Aksi
Wanita Indonesia), seluruhnya bergabung dalam Angkatan 66. Mereka
berjuang meluruskan arah dan tujuan perjuangan bangsa yang diselewengkan
oleh Orde Lama dan Komunisme. HMI menjadi pendukung utama dan menjadi
bagian paling menentukan dalam Angkatan 66.<br />Makalah ini memfokuskan
peran yang dimainkan oleh salah satu organisasi mahasiswa, yakni
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), salah satu organisasi mahasiswa Islam
Indonesia, yang ada pada masa itu dan yang masih hidup sampai ke hari
ini. <br />Kenapa tema Peran HMI itu begitu penting untuk dijadikan judul
dan tema makalah ini ?, apa signifikansi peran HMI dalam sejarah
peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru ?. Pemilihan tema ini berdasarkan
alasan dan pertimbangan :<br />1. HMI merupakan organisasi mahasiswa yang
secara kuantitatif merupakan organisasi mahasiswa terbesar waktu itu.
HMI terdapat dihampir seluruh kota yang memiliki universitas dan
perguruan tinggi, dengan kelengkapan pedoman, institusional dan
struktural.<br />2. Secara fungsional, tokoh-tokoh HMI mempunyai militansi
yang tinggi, daya juang yang cukup handal, sehingga kehadirannya dan
perannya dirasakan oleh masyarakat, ditakuti lawan dan disegani kawan.<br />3.
HMI memiliki beberapa karakteristik, salah satunya independent
(sehingga dia merasa menjadi anak umat dan anak banhgsa, bukan anak atau
onderbow salah satu kekuatan politik manapun), menjadi pejuang Islam
dan sekaligus pejuang bangsa. Karena panggilan keagamaannya maka HMI
terpanggil untuk mempejuangkan agama dan umatnya, dan karena panggilan
kebangsaannya, maka HMI juga berjuang untuk bangsanya pada seluruh event
perjuangan bangsa. HMI relative lebih radikal dan militant, sehingga
berani berhadapan dengan kekuatan Komunisme (Partai Komunis Indonesia
dan organisasi-organisasi lain yang seasas dengannya), padahal PKI
waktu itu merupakan Partai politik yang paling kuat.<br /><br />Pertanyaan
penting yang hendak dijawab dengan makalah ini, Apa latar belakang,
motive dan landasan filosofis yang menyebabkan HMI begitu kuat dan gigih
menghadapi Komunisme ?, bagaimana detik demi detik perjuangan yang
dilalui HMI pada masa-masa penuh tantangan dan cabaran itu berlaku?, dan
bagaimana kekuatan Angkatan 66 secara bersama-sama berhasil memenangkan
pertarungan melawan Orde Lama dan membangun Orde Baru ?.<br /><span>Batasan
waktu makalah ini adalah antara tahun 1965 sampai 1969. Dimulai pada
tahun 1965, karena pada tahun inilah PKI dan antek-anteknya melakukan
percobaan rampasan kuasa, yang terkenal dengan sebutan Gerakan Tiga
Puluh September Partai Komunis Indonesia (Gestapu/PKI). Dan semenjak itu
bermulalah perjuangan menghancurkan komunisme sampai keakar-akarnya,
baik secatra fisik seperti menghancurkan kantor/pejabat PKI diseluruh
Indonesia, mahupun non-fisik seperti melenyapkan ideologi komunisme
dengan membakar seluruh buku-buku, tulisan, bahan tertulis tentang
komunisme dan dilarangnya mengajarkan dan menyebarkan ideologi kumunisme
di Indonesia. Sedang akhir masa makalah ini tahun 1969, karena pada
tahun ini Angkatan 66 telah kehilangan issu utamanya, telah kehabisan
nafas, sehingga tidak mampu<span id="dtx-highlighting-item"> lagi </span>melanjutkan
perjuangannya. Angkatan 66 lenyap bersamaan dengan mengundurkan dirinya
organisasi pendukungnya satu persatu dan tokoh-tokohnya berjuang dalam
bentuk lain dan dalam wadah lain, seperti masuk menjadi anggota DPRGR
dan lain sebagainya.</span><br /> <br /> <br />B. Mengenal HMI lebih dalam<br />Himpunan
Mahasiswa Islamn (HMI) dilahirkan di kota Yogyakarta pada tanggal 5
Februari 1947 oleh beberapa orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI)
seperti Lafran Pane (sebagai pemrakarsa) dan Karnoto Zarkasyi, Dahlan
Husein, Maisaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M.
Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron
Hadi (yang ikut hadir dalam rapat pertama pembentukan HMI tgl 5 Februari
1947).<br />Latar Belakang ditubuhkannya HMI, karena organisasi mahasiswa
yang sudah ada sebelumnya seperti Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta
(PMY) masih bersifat kedaerahan, berbau feodalisme dan terlalu
kebarat-baratan, sehingga aspirasi keislaman sama sekali tidak
tersalurkan melalui PMY. Latar belakang berikutnya adalah bahwa kondisi
umat Islam Indonesia sangat memprhatinkan, terbelakang, dan jumud, dan
kondisi perguruan tinggi yang terlalu berat pada masalah duniawiyah dan
pendidikan umum, sama sekali meninggalkan ukhrawiyah dan pendidikan
agama. Secara institusional, Jong Islamieten Bond sebagai satu-satunya
wadah perjuangan angkatan Muda Islam sudah lama mati, sehingga HMI
berharap dapat menjadi pelanjut dari perjuangan Jong Islamieten Bond.<br />Agussalim
Sitompul sebagai sejarawan yang banyak menulis tentang sejarah HMI,
membagi periodeisasi sejarah HMI menjadi : Periode perintisan,
pengokohan, perjuangan bersenjata melawan penjajah, pembinaan kader,
penggerak angran 66, partisipasi dalam pembangunan, dan pembaharuan
pemikiran.<br />Sebagai tata aturan dan Pedoman Organisasi, HMI memiliki
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, HMI juga dilengkapi dengan
Garis-garis Pokok Perjuangan HMI kemudian disempurnakan menjadi
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP), setelah dilengkapi dengan Program
Kerja pada setiap Kongres, merupakan kelengkapan yang menjadi arahan,
pedoman sekaligus penentu langkah dalam perrjuangan HMI. <br />Secara
institusional, HMI melengkapi organnya dengan Korp Alumni HMI (KAHMI)
yang berisi seluruh alumni atau mantan pengurus dan anggota-anggota HMI,
Korp HMI-Wati (KOHATI) yang berisi mahasiswi atau puteri HMI, Lembaga
Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam
(LKMI), Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), Lembaga Pers Mahasiswa
Islam (LPMI), Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI), Lembaga Seni
Budaya Mahasiswa Islam (LSMI), dll.<br />Sedang secara structural, HMI
mempunyai struktur mulai dari tingkat Nasoional/Pusat (Pengurus
Besar/PB), Tingkat Propinsi/gabungan beberapa Propinsi (Pengurus Badan
Koordinator/Badko), tingkat Kota/kabupaten (Pengurus Cabang), tingkat
Perguruan Tinggi (Pengurus Kordinator Komisariat /Korkom), tingkat
Fakultas/akademi (Pengurus Komisaririat), dan tingkat daerah kecil
(pengurus Rayon).<br />Independensi HMI dapat bersifat positif, karena HMI
merasa anak kandung umat secara menyeluruh, tidak sekedar anak kandung
organisasi dan kekuatan Islam tertentu. Namun independensi itu juga bisa
bersifat negative, artinya tidak ada Partai atau organisasi atau
kekuatan Islam yang benar-benar merasa “sayang” pada HMI, karena
masing-masing Organisasi telah mempunyai sayap mahasiswa sendiri.
Seperti misalnya NU mempunyai PMII, PSII mempunyai SEMMI, Muhammadiyah
mempunyai IMM, dan Perti mempunyai Germahi/KMI. <br /><br /><br />C. Keterlibatan HMI dalam aksi-aksi menghancurkan Komunisme dan Melahirkan Orde Baru pada tahun 1965-1969.<br />Sebelum
terjadinya pemberontakan Gestapu/PKI pada tahun 1965, PKI sudah pernah
melakukan dua kali pemberontakan, yakni pemberontakan Tiga Daerah
(Tegal, Brebes dan Pemalang) tanggal 11 Desember 1945, dan pemberontakan
PKI Madiun tanggal 18 September 1948. Sebenarnya dua kali pemberontakan
tersebut sudah memberikan pertandfa bagi masyarakat Indonesia,
bagaimana sebenarnya kecintaan PKI terhadap Negara dan bangsa Indonesia.
Tapi karena rakyat Indonesia tengah sibuk menghadapi kembalinya Belanda
ke Indonesia melalui NICA, maka rakyat dan pemerintah Indonesia cepat
sekali mema’afkan kesalahan PKI dan melupakannya. Akibatnya PKI secara
cepat kembali berkembang bagaikan virus yang memasuki segenap bagian
tubuh Indonesia. <br />Hasil kerja keras PKI nampak dalam hasil Pemilihan
Umum (Pilihan Raya) tahun 1955, dimana PKI muncul sebagai kekuatan
keempat terbesar sesudah PNI, Masyumi dan NU. Kekuatan PKI mencapai
kemuncaknya ketika berhasil membangun beberapa perguruan rakyat seperti
Panti Pengetahuan Rakyat (Panpera), Balai Pengetahuan Rakyat (Bapera)
dan Mimbar Pengetahuan Rakyat(Mipera) dihampir seluruh wilayahg dan kota
di Indonesia. Berhasil membangun Perguruan Tinggi Akademi Ilmu Sosial
Aliarcham, Institut Pendidikan Harjono, Akademi Ilmu Sejarah
Ronggowarsito, Akademi Ilmu Ekonomi DR. Ratulangi, Akademi Ilmu Teknik
Ir. Anwari, Universitas Bachtarruddin dan IKIP Kujang di kota-kota di
Jawa,<br />Dalam bidang organisasi PKI berhasil menubuhkan Comite Daerah
Besar (CDB) di Propinsi, Comite Seksi (CS) di Kabupaten dan Kota, Comite
Sub Seksi (CSS) di Kecamatan dan Comite Resort (CR) di Kelurahan atau
Desa di hamper seluruh wilyah Indonesia. <br />Bahkan PKI juga berhasil membentuk dan menggerakkan organisasi yang menjadi bagian (sayap) dari PKI, seperti : <br />1. Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (BEPERKI), untuk keahlian warga keturunan Cina.<br />2. PGRI Non Fak Sentral, untuk keahlian propesi guru-guru, guna menandingi PGRI.<br />3. Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), untuk keahlian buruh dan pekerja.<br />4. Barisan Tani Indonesia (BTI), untuk para petani dan Nelayan.<br />5. Persatuan Pamong Desa Indonesia (PPDI) untuk menampung keahlian para pegawai tingkat kelurahan/desa.<br />6. Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), untuk mahasiswa.<br />7. Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) untuk wanita.<br />8. Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) untuk pelajar dan siswa.<br />9. Pemuda Rakyat (PR) untuk pemuda dan belia.<br />10. Himpunan Sarjana Indonesia (HSI) untuk sarjana dan graduan Perguruan Tinggi.<br />11. Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) untuk kehalian seniman dan budayawan.<br />Seluruh
organisasi dan Lembaga tersebut, menghimpun tidak kurang dari 20 juta
anggota dan simpatisannya, suatu jumlah anggota komunis yang terbesar di
luar negara-negara komunis.<br />Untuk menyebar luaskan komunisme dan
ajaran-ajarannya, PKI menerbitkan tiga surat kabar : Harian Rakyat,
Warta Bhakti dan Bintang Timur. PKI juga mampu mempengaruhi isi surat
kabar lain : Harian Zaman Baru, Harian Republik, Pendorong, Sinpo serta
Terompet Masyarakat. Untuk memperkuat kedudukannya PKI berhasil
menguasai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Lembaga Kantor
Berita Antara. Dan melalui tangan Sukarno dan memperalat proses
Nasakomisasi, PKI berhasil menguasai banyak lembaga Negara dan Lembaga
Tinggi Negara, menguasai Angkatan Udara. <br /><span>Keseluruhan
akumulasi kekuatan PKI tersebut membawa mereka pada kesimpulan, bahwa
mereka telah siap untuk melakukan rampas kuasa, dan tinggal menunggu
waktu. Dalam bahasa isyarat PKI, mereka menyebut kondisi dan kekuatan
itu dengan ”Ibu telah hamil tua”, tinggal menunggu saat-saat melahirkan
yang waktunya tidak lama<span id="dtx-highlighting-item"> lagi</span>.</span><br />Pada
tanggal 30 September 1965, PKI telah menyiapkan tiga pasukan utama :
Pasukan Pasopati, Pasukan Pringgodani dan Pasukan Bimasakti, dengan
tugas dan kewajiban masing-masing. Pasukan Prinngodani menguasai
Lapangan udara Halim Perdanakusuma dan sarana-sarana penting politik dan
ekonomi. Pasukan Bimasaksi menguasai sekitar Monas, istana negara, RRI
dan Telekomunikasi dan tempat tempat strategis lainnya. Pasukan Pasopati
bertugas menculik dan membunuh para Jenderal Angkatan Darat yang
berlawanan dengan PKI. Pukul 03.00 pagi tanggal 1 Oktober 1965, pasukan
Pasopati telah berhasil membunuh dan membawa pergi tiga jenderal : A.
Yani, MT. Harjono dan DI. Panjaitan. Dan selanjutnya menculik empat
orang jenderal lainnya : R. Suprapto, S. Parman, Sutojo dan P. Tendean.
Sedang jenderal yang diculik tapi berhasil membebaskan diri adalah
Nasution. <br />Pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 07.00 pagi, Pemberontak
PKI mengumumkan melalui siaran RRI Pusat, tentang pembentukan gerakan
perjuangan yang berfungsi sebagai pemerintah sementara yang disebut
Gerakan Tiga Puluh September, yang dalam praktek sehari-hari
dilaksanakan oleh Dewan Revolusi Indonesia., dan seterusnya akan
dibentuk Dewan Revolusi Propinsi, Dewan Revolusi Kabupaten dan Dewan
Revolusi Kecamatan.<br />Secara kilat mereka membentuk Dewan Revolusi
Indonesia yang terdiri dari 45 orang, lima diantaranya bertindak sebagai
Presidium, dan selebihnya menjadi anggota. Secara praktis, hasil
maksimal pemberontakan ini hanya sampai setakat ini sahaja. Karena
sebelum mereka sempat meluaskan pengaruhnya ke wilayah-wilayah lainnya
di luar Jakarta dan Jawa Tengah, dan sebelum mereka dapat menguasai
berbagai posisi dan lokasi pengambilan keputusan dan proyek-proyek
fital, mereka telah kehabisan energi dan akhirnya keadaan berbalik
kearah kehancuran mereka.<br />Kesalahan kecil tapi berpengaruh pada tahap
operasi militer Gerakan Tiga Puluh September adalah lolosnya jenderal
Nasution dan tidak diperhitungkannya kekuatan Konstrad yang dipimpin
oleh Jenderal Suharto. Dua orang jenderal yang kurang diperhitungkan
inilah yang menjadi motor dan lokomotif gerakan penghancuran
penghancuran Gestapu/PKI. <br />Suharto sebagai panglima Konstrad langsung
bertindak cepat dan mengambil berbagai langkah, ketika banyak orang
masih kebingungan. Pertama, langsung mengontak Panglima Angkatan Laut,
Panglima Angkatan Kepoolisian dan Komandan Batalyon Kujang Siliowangi di
Bandung dan menggerakkan pasukan elit angkatan Darat RPKAD (Resimen
Para Angkatan Darat) untuk merebut Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat
dan Gedung Telekomunikasi. Pada pukul 19.00 (malam) tanggal 1 Oktober
1965 itu, Suharto sudah tampil berbicara di corong radio, mengumumkan
bahwa Gestapu/PKI dan Dewan Revolusinya adalah makar dan pemberontakan
terhadap pemerintahan yang sah, dan meminta rakyat untuk tidak
melibatkan diri dalam pemberontakan tersebut. Inilah kali pertama,
seorang jenderal menegaskan ”siapa kawan dan siapa lawan”, dan meminta
rakyat untuk menghancurkan pemberontakan tersebut.<br />Dalam bidang politik ada tiga tindakan yang dilakukan pemerintah dan rakyat Indonesia dalam menumpas PKI :<br />1.
Menertibkan lembaga-lembaga atau badan-badan kenegaraan yang telah
menyimpang dari isi dan maksud UUD 1945, dan mengembalikannya pada
ketentuan yang sebenarnya.<br />2. Menertibkan produk dan keputusan
lembaga Negara yang telah menyimpang, dan mengemablikannya pada aturan
yang sebenarnya, seperti tata perarutan perundangan, pidato-pidato
presiden yang telah menjadi aturan formal kenegaraan.<br />3. Pembersihan
lembaga atau badan kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan dari
orang-orang keomunis dan yang terlibat Gestapu/PKI, dengan
memberherntikan dan mengadili (menahan dan menghukum) mereka.<br />Kemudian
dengan menggunakan legalitas Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
yang diberikan Sukarno (sebagai Presiden konstitusional dan sah) kepada
Suharto (Pangkostrad yang akhirnya telah menjadi penguasa faktual), maka
Suharto telah melakukan Pembubaran PKI dan semua organisasi yang
bernaung dibawahnya, dan menyatakan ajaran komunisme/maksisme sebagai
ajaran terlarang di seluruh wilayah Indonesia (dengan Surat Keputusan
nomor 1/3/1966, tanggal 12 Maret 1966). Dilanjutkan dengan pemberhentian
63 orang anggota DPR-GR dari keanggotaan DPR-GR, dan memberhentikan dan
menahan 15 orang Menteri yang diduga ada kaitan dengan PKI/Komuniosme
dari jabatan masing-masing,<br />Selanjutnya upaya penghancuran
PKI/Komunisme berlanjut ke daerah. Kekuatan anti PKI/Komunisme yang
bermula di Jakarta, menjalar secara cepat keseluruh wilayah Indonesia.
Disinilah peran Angkatan 66 yang terdiri dari berbagai Organisasi
Mahasiswa seperti HMI menjadi begitu penting dan menonjol.<br />Seperti
sudah disinggung sebelumnya, jauh sebelum pemberontakan Gestapu/PKI,
sudah ada pihak dan golongan yang anti komunis, baik yang dinyatakan
terang-terangan mauhupun secara senyap. Termasuk kedalam kelompok ini
antara lain beberapa perwira Angkatan Darat, tokoh-tokoh Isl;am seperti
bekas-bekas anggota Masyumi, HMI, PII, kalangan muda Nu dan
Muhammadiyahg, bekas-bekas anggota PSI, tokoh-tokoh tertentu
Katholik/PMKRI, SOKSI dan lain-lain. Secara naluriah, kelompok inilah
yang paling cepat terpanggil untuk memaklumkan ”perang” terhadap PKI.<br />Sulastomo,
Ketua Umum Pengurus Besar HMI waktu itu, bersama Syarifuddin Harahap
pada pagi tanggal 1 Oktober itu langsung mengontak Subchan ZE – Ketua PB
NU yang derkat dengan angkatan muda – untuk menilai sutuasi dan
menentukan sikap bersama. Atas initiatif Subchan ZE, diselenggarakan
rapat umum pertama menentang dan mengutuk Gestapu/PKI pada tanggal 4
Oktober 1965 di Taman Sunda Kelapa Jakarta, yang intinya mereka mengutuk
Gestapu/PKI dan menuntut pembubaran PKI dan antek-anteknya.<br />Pada
tanggal 4 Oktober 1965 petang, Subchan ZE bersama tokoh-tokoh anti
komunis membentuk badan yang mengkkordinasikan aksi-aksi penumpasan PKI
dikalangan sipil, yang diberi nama ”Kesatuan Aksi Pengganyangan Kontra
Revolusi Gestapu”, disingkat KAP-Gestapu. Inilah organisasi kesatuan
aksi pertama di Indonesia yang bertujuan menghancurkan Komunisme di
Indonesia, dengan alamat pejabatnya berada di Jalan Sam Ratulangi nomor !
(Sekretariat PMKRI) dan juga Jalan Banyumas nomor 4 (Rumah Subchan ZE).
KAP-Gestapu ini didukung oleh NU, Partai Katholik, Muhammadiyah,
Angkatan Muda Muhammadiyah, GP Anshor, IPKI, HMI/KAHMI, PII, Gasbiindo,
PMKRI, Pemuda Muslimin/PSII dan perorangan. Dari kalangan HMI/KAHMI yang
ikut dalam Susunan Pengurus KAP-GESTAPU adalah : Syarifuddin Harahap
(Biro Keuangan), Ismaeil Hasan Metareum, Marie Muhammad, Dahlan
Ranumihardja dan Sulastomo (anggota).<br />Organisasi KAP-Gestapu menjadi
semacam ”dapur” pemikiran dalam menilai setiap perkembangan situasi dan
mengolahnya menjadi berbagai program aksi, mulai dari aksi jalanan
(demoinstrasi) sampai pada pengiriman petisi dan utusan pada lembaga
yang berkepentingan. Adalah KAP-Gestapu yang memperkenalkan dan memulai
aksi-aksi jalanan (demonstrasi) yang kemudian menjadi program rutin
seluruh kesatuan aksi lainnya. Sejalan dengan hal itu, seluruh
kantor/office/ibu pejabat seluruh PKI dan organisasi yang mendukungnya,
dihancurkan atau dikuasai oleh kelompok-kelompok PII, HMI dan Pemuda
Muhammadiyah atau diserahkan pada Militer.<br />Keterlibatan HMI dalam
Angkatan 66 disalurkan melalui organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) yang didirikan pada tanggal 25 Oktober 1965. Pada
periode awal KAMI didukung oleh HMI, PMKRI, PMII, SOMAL, Mapancas,
SEMMI, GERMAHII, GMKI dan IMM. Dalam kepengurusan KAMI Pusat (periode I
25 Oktober 1965-21 Juli 1966), HMI mengirimkan wakilnya Nazar E.
Nasution (sebagai Sekretari Jenderal) dan Ismid Hadad (sebagai Biro
Penerangan. Sedang dalam kepengurusan periode II (mulai 21 Juli 1966),
HMI mengirimkan Marie Muhammad (sebagai salah seorang Ketua), dan Farid
Laksmana (Sekretaris Jenderal) dan Ismid Hadad (Biro Penerangan). Pada
periode kedua dukungan terhadap KAMI meluas pada PELMASI.<br />Peran HMI
semakin kuat dan dominan dalam setiap kegiatan KAMI, karena dua hal :
Pertama karena jumlah anggota (massa) HMI yang begitu besar, sehingga
setiap ada kegiatan aksi jalanan, maka adalah massa HMI yang ikut paling
banyak. Kedua, HMI merupakan organisasi mahasiswa yang paling dibenci
oleh PKI dan bahkan yang dituntut untuk dibubarkan, sehingga bagi HMI
komunisme adalah ”musuh” sejak lama dan musuh sepanjang sejarahnya.<br />Dalam
berbagai suka duka perjuangan melawan komunisme di Indonesia, HMI
melahirkan pemihakan pada aspirasi rakyat yang dikenal dengan Amanat
Penderitaan Rakyat (AMPERA) dan memperjuangkan berbagai keluhan,
tuntutan dan Hati Nurani Rakyat (HANURA), dan kemudian
memformulasikannya menjadi Tri Tura (Tiga Tuntutan Rakyat) :<br />1.
Bubarkan PKI dan antek-anteknya, tuntutan dalam bidang ideologi dan
politik, untuk menyelamatkan bangsa dari idelogi komunisme.<br />2.
Turunkan harga, tuntutan dalam bidang ekonomi, untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, yang sudah lama menderita karena kehancuran
ekonomi akibat korupsi, salah urus, penyalahgunaan kuasa. <br />3. Bersihkan Kabinet dari Menteri-menteri yang diduga terlibat dengan Komunisme dan berbagai penyelewengan lainnya.<br />Substansi
Tri Tura tersebut disusun bersama oleh Cosmos Batubara, David
Napitupulu, dan Marie Muhammad (HMI), sedang redaksi nya disusun oleh
Ismid Hadad (IPMI) dan Saverinus Suardi (PMKRI). Dengan rumusan Tri
Tura, maka perjuangan Angkatan 66, telah meluas dan melebar dari sekedar
penghancuran Komunisme di Indonesia (tura pertama), menjadi tuntutan
dalam bidang ekonomi (tura kedua) dan tuntutan dalam bidang politik
(tura ketiga). Dan itu menjadi pertanda bahwa perjuangan bukan sekedar
masalah permukaan dan ringan, tapi sidah masuk pada masalah dalaman
perjuangan rakyat. <br />HMI melibatkan diri dan menjadi pendukung utama
pada seluruh kegiatan KAMI, mulai sejak KAMI berdiri sampai dengan
lumpuhnya KAMI pada tahun 1969, mulai dari perencanaan kegiatan,
persiapan sampai dengan pelaksanaan aksi dan kemudian evaluasi setiap
aksi. Mulai dari penyusunan konsep, agenda dan gagasan serta ide, sampai
pada mengerahkan massanya pada setiap kegiatan. Bahkan HMI dan beberapa
organisasi mahasiswa dan pelajar dari kalangan Islam, menghiasi
aksi-aksi jalanan dengan ucapan Takbir yang membahana, sehingga aksi
berjalan begitu bersemangat sekaligus berwarna ilahiyah.<br />Perjuangan
HMI dalam Angkatan 66, berlaku dalam suka duka, dalam pahit manis
perjuangan, berhadapan dengan kekuatan Penguasa dan Militer yang
berpihak pada Sukarno (Orde Lama) dan PKI. Banyak resiko yang ditempuh,
mulai dari sekedar penderitaan kekurangan makan, tekanan dan seksaan
fisik, sampai pada kematian. Banyak korban tewas dalam perjuangan
panjang menegakkan Ode Baru. Dalam aksi tanggal 24 Februari 1966, gugur
dua orang pejuang Angkatan 66, yakni Zubaedah (PII/KAPPI), dan Arief
Rahman Hakim (HMI/KAMI). Ketika mengantarkan jenazah Arief Rahman Hakim,
ke pemakaman tanggal 25 Februari 1966, terjadilah prosesi perarakan
mengantarkan jenazah yang luar biasa syahdu dan mengharukan, dan
seluruhnya memperkuat tekad dan semangat generasi muda untuk terus
berjuang.<br />Terdapat senarai pejuang yang gugur, seperti Hasanuddin
Noor (mahasiswa Universiutas Lambung Mangkurat Banjarmasin) wafat
tanggal 10 Februari 1966, Muhammad Syarif al-Kadri (mahasiswa Ujung
Pandang) gugur tanggal 25 Februari 1966, Aris Munandar (Pelajar SMP
Muhammadiyah X Yogyakarta), Margono (pelajar SPG Muhammadiyah I
Yogyakarta), keduanya gugur tanggal 10 Maret 1966. Yusuf Hasiru dan
Dicky Oroh (Pelajar di Menado) gugur tanggal 31 Maret 1966, Mohd.
Syafi’i (pelajar Jakarta), Hasanuddin (mahasiswa Ujung Pandang), Ikhwan
Ridwan Rais (pelajar Jakarta) gugur tanggal 9 Mei 1966, Yulius Usman
(mahasiswa FE-UNPAD Bandung) gugur tanggal 18 Agustus 1966, Ahmad Karim
(pelajar STM Bukittinggi) gugur tanggal 11 Desember 1966, Zainal Zakse
(wartawan harian KAMI Jakarta) gugur tanggal 8 Mei 1967. Seluruh mereka
dicatat dengan tinta emas sebagai pejuang yang membela hak-hak rakyat
dan diangkat sebagai Pahlawan Ampera, dan perjuangan mereka tidak akan
pernah dilupakan rakyat Indonesia. <br />Taufik Ismail, seorang tokoh
Angkatan 66 dari kalangan penyair, mengabadikan suasana kedukaan itu
dalam sajaknya yang sangat terkenal ”Sebuah Jaket Berlumuran Darah :<br /><br />Sebuah jaket berlumuran darah<br />Kita semua telah menatapmu<br />Telah berbagi duka yang agung<br />Dalam kepedihan bertahun-tahun<br />....................................................<br />Akan mundurkah kita sekarang?<br />Seraya mengucap ”Selamat tinggal perjuangan”?<br />Berikrar setia kepada tirani<br />Dan mengenakan baju kebesaran sang Pelayan?.<br />................................................<br />Prosesi jenazah ke pemakaman<br />Mereka berkata<br />Semuanya berkata<br />LANJUTKAN PERJUANGAN.<br /> <br />
Dan ternyata air mata dan darah korban pejuang Ampera, tidak
menyurutkan langkah perjuangan, justru memperkuat semangat dan azam,
sehingga akhirnya dapat menurunkan Sukarno dari tahtanya, dapat
menghancurkan Komunisme di Indonesia untuk selama-lamanya, dan akhirnya
dapat menegakkan Orde Baru. <br /><br />D. Kesimpulan dan Penutup<br />1. HMI
adalah suatu organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai,
motivasi dan inspirasi perjuangan. Organisasi yang didirikan pada
tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta ini, mempunyai tujuan terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil-makmur yang diredai
Allah SWT.<br />2. Dari rumusan formal yang trermaktub dalam
pedoman-pedoman pokok Organisasi, maupun kiprah yang dilakukannya,
ternyata bahwa keislaman dan keindonesiaan merupakan jatidiri HMI.
Karena ajaran Islkam menjadi sumber nilai, motivasi dan inspirasi, maka
konsekuensinya HMI menolak setiap ajaran dan praktek yang beretentangan
dengan pokok-pokok ajaran Islam, khususnya penolakan terhadap komunisme.
Karena kecintaannya pada Negara Bangsa, HMI terpanggil untuk melawan
berbagai penyelewengan dan ketidak adilan, termasuk pemberontakan PKI
Madiun dan Pemberontakan Gestapu/PKI 1965. <br />3. HMI menolak dan
melawan PKI/Komunisme, pada awalnya didasarkan atas dasar pertimbangan
keagamaannya dan pada akhirnya didasarkan atas pertimbangan politik dan
rasa kebangsaannya. Itulah sebabnya begitu terjadi pemberontakan PKI
pada tahun 1965, HMI tidak memerlukan waktu lama dalam menentukan sikap
dan secara serta merta melibatkan diri dalam upaya menumpas komunisme di
Indonesia.<br />4. HMI berkiprah melalui dua jalur : Pertama, jalur
formal yang mewakili suara resmi institusi HMI. Kedua, jalur individual,
melalui anggota-anggota HMI yang menguasai sebahagian besar massa
KAP-Gestapu dan KAMI dan Lasykar Arief Rahman Hakim. Perjuangan tidak
mungkin tanpa pengorbanan, dan pengorbanan yang diberikan mahasiswa dan
pelajar untuk membela rakyat, tercatat dalam daftar panjang Pahlawan
Ampera, yang gugur ditengah aksi-aksi jalanan melawan tirani. Memang
harus diakui bahwa slogan ”HMI punya peranan besar dalam Angkatan 66”
ternyata merupakan mitos yang terlalu dibesar-besarkan, tapi sebaliknya
siapapun harus mengakui bahwa ”Angakatan 66 tanpa HMI tidak mungkin
ada”.<br /><br /></span>AnuGraH For u Midhttp://www.blogger.com/profile/08953592506556228858noreply@blogger.com0